Program ruang museum
Ruhiyat, Staff Pelayanan Edukasi. Klik di sini untuk melihat jam buka museum. Bahasa English. Tentang Museum. Museum MACAN adalah institusi yang memberikan akses publik terhadap koleksi seni modern dan kontemporer yang signifikan dan terus berkembang dari Indonesia dan seluruh dunia. Museum ini memiliki program pameran dan acara aktif di fasilitas seluas 7. Dalam hal ini perlu diciptakan sistem tata pameran yang memungkinkan mudahnya perubahan-perubahan koleksi tersebut.
Tetapi apabila karena sesuatu hal sukar dilakukan, mungkin karena vitrine yang tersedia dipameran tetap sulit dirobah, maka untuk daya tarik pengunjung perlu lebih digiatkan pameran-pameran temporer.
Perencanaan dan Metode Pameran: Tema harus ditentukan lebih dahulu kemudian memilih benda- benda koleksi yang akan dipamerkan sesuai dengan tema yang dipilih dan membuat desain sarana ruangan, vitrine, panel, dsb disesuaikan dengan benda-benda yang akan dipamerkan dan ruang dimana pameran itu diletakkan.
Disertai desainsirkulasi pengunjung dan tata letak benda termasuk tata warna dan pencahayaannya. Jenis bahan yang akan digunakan sudah harus direncanakan pula. Ini berlaku bagi benda-benda kebudayaan materia atau benda-benda kesenian. Berdasarkan fungsinya; yaitu koleksi yang dipamerkan, ditata berdasarkan kegunaan fungsi dari benda-benda koleksi itu.
Berdasarkan jenis; dalam hal ini benda-benda koleksi yang dipamerkan disusun berdasarkan jenisnya. Berdasarkan materi; sistematis ini penyusunan benda koleksi yang dipamerkan berdasarkan materi obyeknya. Dan yang terakhir ialah sistematis berdasarkan tempat asal atau geografis.
Benda-benda koleksi disusun berdasarkan tempat asal benda itu. Bentuk Pameran Bentuk pameran museum bentuknya dapat dibagi menjadi tiga. Yaitu pameran tetap, pameran temporer, dan pameran keliling Pameran tetap, ialah pameran yang felatif tidak akan diubah-ubah lagi terutama mengenai sistematis penggolongan benda-benda koleksinya. Tema pameran harus dapat menggambarkan kesatuan wilayah dalam bidang sejarah alam dan budaya.
Pameran temporer, merupakan pameran yang tidak tetap. Sewaktu-waktu dapat diadakan dalam jangka waktu tertentu dan dalam variasi waktu yang singkat. Pameran keliling, merupakan sesuatu paket, yang dirancang dalam suatu program pameran keliling, lengkap mencakup keseluruhan sarana-sarana pamerannya, dibantu oleh koleksi museum koleksi daerah tempat tujuan, yang disusun berdasarkan suatu pokok khazanah budaya, yang barang-barangnya berasal dari seluruh atau dari hampir seluruh pelosok Tanah Air Indonesia.
Karena itu dalam menata koleksi harus pula memperhitungkannya. Hendaknya disesuaikan dengan ukuran tubuh manusia pada umumnya. Ukuran tinggi rata-rata orang Indonesia.
Tinggi rata-rata : Pandangan mata Pria : 1. Umumnya dipergunakan untuk tempat memamerkan benda-benda tiga dimensi, benda-benda yang tidak boleh disentuh, benda-benda karena kecil bentuknya atau karena tinggi nilainya.
Bentuk Vitrine ada dua macam, yaitu Vitrine-tunggal dan Vitrine- ganda. Vitrine-tunggal adalah vitrine yang hanya berguna untuk memajang koleksi saja sedangkan vitrine ganda adalah vitrine yang mempunyai dua fungsi untuk pemajangan dan bagian bawah untuk menyimpan benda-benda koleksi yang tidak terpakai. Bentuk Vitrine harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut : a.
Keamanan koleksi harus terjamin. Bentuk Vitrine selain harus indah juga harus kokoh dan kuat. Benda-benda yang tersimpan di dalam vitrine harus aman dari pencemaran dan pencurian. Selain itu, konstruksinya harus direncanakan agar sirkulasi udara dapat beredar dengan baik, sehingga udara di dalam vitrine dapat dikendalikan, tidak terlalu panas dan tidak terlalu lembab. Untuk Vitrine yang terdapat lampu di atasnya, harus diberi lubang agar panas lampu keluar sehingga tidak merusak koleksi di dalam vitrine.
Untuk vitrine pada pameran temporer sebaiknya kakinya diberi roda agar mudah memindah-mindahkanya. Gambar 1 Vitrine Ganda dan Vitrine Tunggal b.
Memberi kesempatan kepada pengunjung agar lebih leluasa dan mudah serta enak melihat koleksi yang ditata di dalamnya.
Vitrine tidak boleh terlalu tinggiataupun terlalu rendah. Tinggi rendah sangat relatif. Sebagai patokan kita sesuaikan dengan tinggi rata-rata tubuh manusia Indonesia. Umpama tinggi rata- rata orang Indonesia kira-kira antara cm sampai dengan cm, dan kemampuan gerak anatomis leher manusia sekitar gerak ke atas, bawah dan samping maka tinggi vitrine seluruhnya kira-kira cm sudah memadai, alas terendah 75 cm dan tebal vitrine minimal 60 cm.
Pengaturan cahaya tidak boleh menggangu pengunjung dan tidak boleh merusak koleksi yang terdapat di dalamnya. Oleh karena itu untuk tidak menggangu pengunjung, lampu harus diletakkan di tempat yang terlindungi tertutup. Kemudian agar benda-benda koleksi yang terdapat di dalam museum tidak rusak maka intensitas cahaya harus diperhatikan. Untuk benda-benda organic seperti kayu, kulit, kain kertas dan barang-barang yang berwarna harus menggunakan cahaya 50 lux — lux. Gambar 3 Cara meletakkan lampu di langit-langit vitrine agar jangan sampai menyilaukan pengunjung d.
Bentuk Vitrine harus disesuaikan dengan ruangan yang akan ditempati oleh vitrine tersebut. Menurut bentuknya disesuaikan dengan penempatanya, ada bermacam-macam antara lain sebagai berikut : o Vitrine dinding. Vitrine yang diletakkan berhimpitan dengan dinding. Vitrine ini dapat dilihat bagian dalamnya hanya dari satu sisi samping, dan dari depan.
Keempat sisi terbuat dari kaca polos dan untuk menerangi vitrine digunakan lampu sorot yang diletakkan di atas plafon atau sudut ruangan. Vitrine ini hanya dilihat dari satu arah saja, ialah dari depan, dinding yang lain melekat pada dinding ruangan. Pemasangan lampu- lampu sama dengan vitrine dinding. Cara pemasangan kabel pada vitrine 1. Sakelar untuk menyalakan dan memadamkan lampu dalam vitrine 2.
Biasanya untuk menata benda-benda kecil yang harus dilihat dari dekat , seperti perhiasan, mata uang, permata,dll. Menempatkanya dapat digantungkan ke dinding, berdiri sendiri atau bergabung dengan vitrine lain.
Vitrine lantai Vitrine duduk ukuranya jangan terlalu rendah, karena akan menyulitkan orang meilhat koleksi di dalamnya. Untuk pengujung anak-anak dapat pula diletakkan tangga di seputarnya.
Gambar 6 Kombinasi antara Vitrine duduk dan Vitrine dinding dan dibawahnya apabila masih diperlukan bisa dijadikan tempat penyimpanan o Vitrine-tiang. Museum yang menggunakan bangunan-bangunan lama ataupun museum baru yang meniru gaya bangunan tradisional, biasanya bangunan tersebut banyak terdapat tiang-tiang di dalamnya. Bentuknya tidak selalu harus merupakan bidang datar yang tergak berdiri sendiri seperti papan tulis tetapi dapat pula terdiri dari beberapa bidang, dapat melengkung ataupun cembung, miring dan lain sebagainya.
Bentuknya disesuaikan dengan komposisi ruangan dan selera perencana. Selain daripada itu juga dapat digunakan untuk benda- benda yang berbentuk pipih seperti topeng, buku ,kain,dsb. Jika sekiranya panel itu akan dipakai untuk benda-benda berharga,maka panel tersebut harus dibuat tutup kaca agar benda- benda yang ada di dalamnya akan terlindungi. Bentuk panel dapat dibagi dua, yaitu panel tunggal dan panel ganda dengan vitring. Diaroma, yang mampu menggambarkan suatu peristiwa tertentu dilengkapi dengan penunjang suasana serta background berupa lukisan atau poster b.
Sistem ruang terbuka. Metode Penyajian Standard teknis penyajian sangat mengikat sehingga tidak tergantung pada selera atau orang saja. Standard teknik penyajian ini meliputi : Ukuran minimal Vitrin dan Panil, tata cahaya, tata warna, tata letak, tata pengamanan, tata suara, lebeling dan foto penunjang. Pemeran dalam museum harus mempunya daya tarik tertentu untuk sedikitnya dalam jangka waktu 5 tahun, maka sebuah pameran harus di buat dengan menggunakan suatu metode.
Metode yang dianggap baik sampai saat ini adal metode berdasarkan motivasi pengunjung museum. Metode ini merupakan hasil penelitian beberapa museum di eropa dan sampai sekarang digunakan. Penelitian ini memakan waktu beberapa tahun, sehingga dapat diketahui ada 3 kelompok besar motivasi pengunjung museum, yaitu: a. Motivasi pengunjung untuk melihat keindahan koleksi-koleksi yang dipamerkan b. Motivasi pengunjung untuk menambah pengetahuan setelah meliahat koleksi-koleksi yang dipamerkan c.
Motivasi pengunjung untuk melihat serta merasakan suatu suasana tertentu pada pameran tertentu. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka untuk dapat memuaskan ke 3 motivasi tersebut, metode-metode yang dimaksud adalah : a. Metode penyajian artistik, yaitu memamerkan koleksi-koleksi terutama yang mengandung unsur keindahan b.
Metode penyajian intelektual atau edukatif, yaitu tidak hanya memamerkan koleksi bendanya saja, tetapi juga semua hal yang berkaitan dengan benda tersebut, misalnya : cerita mengenai asal usulnya, cara pembuatannya sampai fungsinya. Metode penyajian Romantik atau evokatif, yaitu memamerkan koleksi- koleksi disertai semua unsur lingkungan dan koleksi tersebut berada. Sebagai contoh, sebuah museum sejarah alam mungkin hanya perlu distribusi umum minimal sementara pada kasus eksibisi diberikan pencahayaan pada display.
Pada ruang eksterior, pencahayaan dan pencahayaan ruang luar dapat digunakan untuk mendramatisir dan memperlihatkan tampilan museum. Kerusakan akibat cahaya bersifat kumulatif dan tak terhindarkan. Energi dari cahaya mempercepat kerusakan. Energi ini dapat menaikkan suhu permukaan benda dan dengan demikian menciptakan iklim-mikro dengan berbagai tingkat kelembaban relatif dan reaktivitas kimia.
Pencahayaan dapat menyebabkan koleksi memudar, gelap, dan mempercepat penuaan. Cahaya yang terlihat adalah kombinasi dari berkas cahaya merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu. Panjang gelombang cahaya ini adalah nanometer nm. Rentang ultraviolet adalah nm. Cahaya di kisaran biru hingga akhir dari spektrum ultraviolet memiliki energi lebih dan dapat lebih merusak objek. Karena tidak satupun sinar ultraviolet UV atau inframerah IR yang boleh mempengaruhi tampilan, keduanya harus dihilangkan sepenuhnya dari area pameran, area penyimpanan koleksi, dan area penanganan.
Dua sumber utama sinar UV adalah sinar matahari pencahayaan alami dan lampu neon pencahayaan buatan. Pencahayaan Buatan Pencahayaan buatan lebih baik dari pada pencahayaan alami supaya tidak merusak, cahaya buatan harus tetap dimodifikasi pada iluminasi tingkat keterangan cahaya tertentu, untuk mengurangi radiasi sinar ultraviolet. Pada sebagian besar museum, perlengkapan pencahayaan di semua daerah pameran dan daerah koleksi lain harus berpelindung UV hingga kurang dari 75 microwatts per lumen dan tertutup untuk mencegah kerusakan terhadap objek jika terjadi kerusakan lampu.
Pada area pameran, tingkat pencahayaan paling dominan di permukaan barang koleksi itu sendiri. Diatas permukaan benda paling senditif, termasuk benda dari bahan kertas seperti hasil print dan foto , tingkat pancahayaan tidak boleh lebih dari 5 Footcandles Fc.
Kebutuhan pencahayaan eksibisi akan berbeda sesuai jenis pameran, ukuran karya, dan tata letak setiap pameran Tabel 2. Tujuannya mungkin untuk menerangi objek individu, bukan seluruh ruang. Pameran Benda-benda dari kertas, hasil 5 - 10 sangat sensitif print, kain, kulit, berwarna. Pameran Lukisan cat minyak, dan 15 - 20 sensitif tempera, kayu. Penanganan 20 - 50 barang koleksi. Ruang pameran biasanya memiliki susunan track lighting berkualitas tinggi yang fleksibel. Tata letak akhir harus mempertimbangkan lokasi dinding non-permanen.
Tata letak track lighting harus mengakomodasi letak dinding permanen dan dinding non-per manen : - Sudut yang diukur mulai dari titik di dinding dan 5-kaki 4-inci di atas lantai yang merupakan rata-rat a eye-level untuk orang dewasa harus antara 45 dan 75 derajat ke atas dari bidang horizontal ke posisi lampu Gambar 2.
Pencahayaan Alami Pencahayaan alami dapat digunakan sebagai pengaruh besar untuk m endramatisir dan meramaikan desain dari sebuah bangunan Gambar 2.
Beberapa arsitek menggunakan caha ya alami sebagai pembentuk desain bangunan. Pencahayaan alami dapat mengakibatkan kerusakan pada berbagai bahan koleksi, batu, logam, keramik pada umumnya tidak peka ter hadap cahaya, tetapi bahan organik lainny a, seperti tekstil, kertas, k oleksi ilmu hayati adalah bahan yang peka teerhadap cahaya. Perancang museum harus memahami dan menerima bahwa museum yang paling profesional lebih menghargai penyajian dan pelestar ian koleksi mereka diatas segala manffaat arsitektural pencahayaan alami yang melimpah pada area koleksii.
Terlalu banyak cahaya dan panjang gelombang tertentu mampu menyebabkan kerusak an yang nyata pada koleksi-koleksi yang tidak dapat terganti kan. Suhu dan kelembaban yang optimum tidak hanya diterapkan pada ruang pamer saja, melainkan juga pada ruang Storage penyimpanan koleksi dan ruang konservasi New Metric Hand Book, Museum and Galleries.
Penghawaan Museum yang baik sebaiknya tetap menerapkan penghawaan alami. Perwujudannya bias melalui perletakkan jendela yang tinggi pada satu sisi dan rendah pada sisi lainnya Cross Ventilation.
Sedangkan untuk tujuan pemeliharaan objek benda pameran, sebaiknya menggunakan AC karena dapat mengatur temperature dan kelembaban yang diinginkan. Hal ini tentunya tergantung oleh bahan objek pameran tersebut, apakah peka terhadap kelembaban atau tidak Smita J.
Baxi Vinod p. Dwivedi, modern museum, Organization and partice in india, New Delhi, Abinar publications, hal Akustik Akustik bervariasi pada setiap museum. Akustik pada tiap ruang haruslah nyaman bagi perorangan maupun kelompok. Sangat penting bagi pembimbing tur agar dapat didengar oleh kelompoknya tanpa menggangu pengunjung lainnya. Beberpa ruangan untuk fungsi tertentu seperti ruang pertemuan, orientasi, auditorium atau teater harus dirancang oleh ahlinya.
0コメント